Artikel Opini Oleh Arik S. Wartono*
Remaja cerdas yang sejak usia balita telah malang-melintang dalam dunia seni rupa dengan terlibat berbagai pameran dan festival seni rupa anak di berbagai negara dan semua benua kecuali Antartika ini mustahil karya-karyanya kita pandang sebelah mata.
Pengalaman mengolah unsur-unsur rupa seperti garis, warna, bidang, tekstur sejak usia balita dengan wawasan teknik melukis yang kaya membuat Shafi R. matang secara teknis.
Awal tahun 2023 ini salah satu karya Shafi R. tampil dalam pameran bertema "Hitam-Putih" di GreyArt Gallery Bandung bersama para seniman dewasa dikuratori oleh Aminuddin T. H. Siregar yang menandai grand opening galeri tersebut.
Pameran Tunggal karya-karya Shafi R kali ini merupakan pameran tunggalnya yang kedua, setelah dua tahun lalu tepatnya 11-31 Desember 2021 ia menggelar pameran tunggalnya yang pertama di cafe mampir Ngombe, Pacet, Mojokerto.
Sebagai kelanjutan dari pameran tunggalnya yang pertama mengeksplorasi tema Surabaya dalam balutan karya hitam-putih, kali ini di Galeri DAUN lantai 2 Icon Mall Gresik 13 Mei - 30 Juni 2023 dalam rangkaian perayaan bulan Menggambar Nasional yang tahun ini mengambil tema besar "Gembira Menggambar" yang dirayakan oleh lebih dari 4000 seniman dan 250 komunitas seni budaya dari seluruh Indonesia, secara khusus Shafi R. tetap konsisten dengan objek Surabaya sebagai titik tolak kreatifitasnya.
Dan yang paling menarik dalam karya-karya terbarunya adalah Sahfi R. mulai menambahkan unsur wayang dalam ojek Surabaya. Pertemuan antara bangunan-bangunan ikonik Surabaya dengan figur-figur wayang kulit purwa menghadirkan suasana batin yang mendebarkan sekaligus simbolik.
Konon simbol sebenarnya tidak bisa diproduksi dengan sengaja, karena simbol tumbuh dari ketidaksadaran individu atau kolektif serta tidak dapat berfungsi tanpa diterima oleh dimensi ketidaksadaran kita. Simbol merupakan konsekuensi dari fakta, dan fakta kehidupan di Surabaya tempat Shafi R. lahir dan tumbuh hingga usia remaja dengan segala dinamikanya telah terekam sempurna dalam dunia imajinasi Sahafi R.
Dalam karya-karyanya mungkin tidak secara sengaja Shafi R. telah membuat simbol tertentu, karena simbol memang tidak dapat diciptakan dengan kesadaran penuh. Simbol layaknya seperti makhluk hidup, ia akan tumbuh dan mati. Simbol lahir ketika situasinya sesuai, dan mati ketika situasinya berubah.
Jembatan Suramadu, Balai Kota, Tugu Pahlawan dan banyak sudut bangunan ikonik kota Surabaya yang hadir dalam karya-karya Shfi R. dalam posisinya sebagai simbol ia mungkin akan secara langsung berkait dengan wajah kota Surabaya. Maka dalam hal ini bangunan-bangunan ikonik ini adalah sebuah tanda, walaupun maknanya bisa saja terlepas dari kota Surabya yang diwakilinya. Dan tepat di area inilah Shafi R. bermain-main dalam karya-karya lukisan-drawingnya.
Misalnya Jembatan Suramadu yang faktual menghubungkan antara kota Surabaya dan pulau Madura tiba-tiba oleh Shafi R. dipertemukan dengan figur Rama dan Shinta yang diambilnya dari karakter wayang kulit purwa Jawa.
"Rama-Shinta, Suramadu lan Tresna", acrilyc, ink, chrcoal, marker on canvas 100x75 Cm, 2023 apakah ini kisah tentang perjuangan Rama untuk bersatu kembali dengan Shinta yang terpisah karena ulah Rahwana yang kemudian hal ini dipersepsi ulang oleh Shafi R. seperti halnya seorang dalang saat melakonkan epos Ramayana dalam sebuah pagelaran wayang kulit demi mencari kesesuaiannya dengan realitas sosial mutahir? Jawabnya bisa ya, bisa juga tidak.
Simbol tidak tumbuh karena kita menginginkannya, dan ia tidak akan mati karena pikiran-pikiran ilmiah atau kebutuhan praktis kita. Simbol akan mati karena tidak dapat lagi menghasilkan tanggapan dalam kondisi tempat musalnya ia menemukan ekspresi.
Apakah generasi orang Jawa sekarang masih mengerti wayang terlebih kaum remaja sebayanya Shafi R.?
Segala simbol yang tergelar dalam karya-karya Shafi R. mungkin saja cuma akan mengendap di bidang kanvas sambil menunggu waktu ada generasi lain yang berusaha menggali jejak keluhuran nilai-nilai yang diajarkan dalam lakon-lakon wayang kulit purwa.
Tapi apapun itu kita sebagai bangsa yang yakin berbudaya tinggi patut bernapas lega jika masih ada remaja seperti Shafi R. yang masih mau belajar bahkan mendalami wayang. Karena jika bukan generasinya lalu siapa lagi yang akan mewarisi budaya adiluhung bangsa ini?
Kemampuan simbol yang secara langsung merujuk pada sesuatu di luar dirinya merupakan kemampuan melampaui batasan materialnya sendiri. Makna-makna dan pesan moral yang diusung oleh Shafi R melalui bidang persegi empat terbuat dari kain kanvas yang kita namai lukisan ia bisa saja melepaskan diri dari realitas kebisuannya untuk kemudian membuka realitas baru bagi generasi setelah hari ini. Dan jika hal itu terjadi kelak di suatu masa maka karya-karya Shfi R. telah menjalani misi tertingginya untuk bukan hanya tampil sebatas visual pemanis dinding, namun lebih jauh ia mampu membangun meta visual yang cerdas.
Salam Budaya,
*Penulis adalah Kurator, Pendiri dan Pembina Sanggar DAUN